Rukun Islam - yang pertama

                                                            

 

I.       Rukun Islam.

Adapun ‘ilmu pengatahuan Adapun rukun Islam yang  (pertama) yaitu :

Mengetahui  akan  ma’na  Dua kalimat syahadat  yaitu:  yang dikatakan ‘ilmu Ushuluddin dan ‘ilmu Tauhid dan inilah yang dikehendaki sebutannya disini. Bermula (pertama) wajib atas tiap-tiap  mukalaf  bahwa Ia mengenal  pada Allah Azza  wajala  dengan  segala shifatNya  yang  wajib  bagiNya  dan   yang mustahil padaNya dan yang harus, sebagai mana akan nanti tersebut.  Bahwa sekalian itu termasuk pada ma’na  Dua kalimat syahadat  jua adanya.

Adapun ‘ilmu pengatahuan lain-lain rukun Islam yaitu yang dikatakan ‘ilmu Fiqih,  maka wajib pula atas tiap-tiap  mukalaf  bahwa  mengetahui  akan ilmu segala  yang  wajib  atasnya  seumpama  shalat, puasa, zakat  dan haji, demikianpula ‘amal-‘amal lain yang  sunat, atau segala amal yang hendak dikerjakannya. Bahwa karena tiada shah beramal dengan jahil pada hukumnya, sebagai manadalilnya  dari kitab dzubad mengatakan :

“Bighairi  ‘ilmin  ya’malu – A’maluhu  marduudahu  taqbalu.”

Tiap-tiap orang  beramal  tiada ‘ilmu,  maka ‘amalnya itu akan dibalikkan kepadanya.’’  

{Maka sama dikatakan juga tiada dikabulkannya jua adanya}.

Adapun dalil  wajibnya segala ‘ilmu  yang tersebut itu yaitu, hadistnya

Rasulullah s.a.w  :

Thalabul ‘ilmi  fariidhatu  ‘alaa  kulli  muslimin.

Bermula menuntut ‘ilmu wajib atas tiap-tiap muslim.

Dan dalilnya Ma’rifat Allah Jalla wa azza terdahulu wujudNya dari lain- lain ‘ilmu yaitu dari kitab  Dzubad :

Auwwalu wajibin ‘alaa  al-insani  ma’rifatu al-ilahi bistiiqaani.”

Bermula wajib atas manusia yaitu mengenal Allah dengan yaqiin.”

Dan dari kitab Khatab Al- Habib Thahir bin Husain .                                                 

Fa’lamu ayyuhal ikhwanu annal ashla wal asasa huwa ma’rifatul ma’bud qablal ‘ibadati  wadzaa lika haqiiqatu ma’nasy syahadati.

Ketahuilah oleh kamu asal agama yaitu mengetahui Tuhan yang disembah sebelumnya membuat ibadath padaNya dan mengetahui itu  haqiiqat  ma’na  kalimat syahadat.

Dan jika telah diketahui kewajiban ma’rifat Allah Taala atas tiap-tiap mukalaf.  Maka diketahui awaluhum  bahwa artinya  ma’rifat  yaitu i’tiqad  yang  jidzim lagi mufaqat pada haq dengan dalil dan artinya  jidzim yaitu i’tiqat  yang putus  yang tiada ada syaknya lagi. Maka bukan sangka-sangka adanya.  Dan terbagi jidzim itu empat bagian sebagaimana dibawah ini adanya.

1.          {Jidzim}mufaqat pada {Haq}, dengan dalil maka itu yang dikatakan {ma’rifat}.

2.          {Jidzim}  mufakat pada {Haq}, tetapi tiada dengan dalil,  maka inilah yang dikata {taklik sahih}.

3.          {Jidzim} tiada mufakat pada {Haq}, dengan dalil maka inilah yang dikata {jahil murakaf}.

4.          {Jidzim} tiada mufakat pada {Haq}, dan tiada dengan dalil maka inilah yang dikata  {taklik  bathil}.

Adapun  dalil  yaitu  barang yang menunjukki atas kebenaran suatu barang, adapun dalil,  wujud-Nya Allah Ta’ala dengan segala shifat-Nya, adalah itu memudai dengan  dalil ajmali yaitu:  keadaan bumi, langit dan barang yang ada didalam keduanya.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala : 

Inna khalqis samaawati  wal  ardhi wakhtilafil laiyli wannahari la ayaatin  li ulil  albaabi”. 

 “Bahwasanya didalam kejadian segala langit dan bumi dan berselisihan malam dan siang sesungguhnya sekalian itu menjadi pertunjukkan atas  keadaan kekuasaan Allah Ta’ala yang menjadikan  sekalian,  yang demikian itu bagi mereka yang mempunyai  ‘aqal  pikiran adanya”. (QS. Ali Imran. 190).

Adapun ma’rifat Allah Ta’ala dan ma’rifat Rasul s.a.w,  terhenti atas pengetahuan  tiga  perkara yang tersimpan didalam  hukum  syar’iy  dan hukum  ‘adiy  karena boleh dapat kebedaan satu lain adanya.

0 komentar: