Thariqaht dan Haqiqaht.

                                                                                      
                                                                        

Thariqaht.
Thariqaht adalah suatu cara atau pendakian yang ditempuh oleh kaum mutahasswwifin  untuk mencapai tujuan. Sebagaimana seorang ahli shufi   Sheikh  Zainuddin bin Ali berkata :
“Wa-thariiqatun akhdzun biwatha kalwara” :  “Wa ‘azii-matun kariyaa dhatin mutabattila”.
“Thariqaht  adalah  menjalankan  amal  yang  lebih berhati-hati dan tidak memilih kemurahan  (keringanan)  syara’  seperti  shifat  wara’ serta  ketetapan hati yang kuat seperti  latihan-latihan  jiwa”.
Dalam ilmu Tashawwuf disebutkan bahwa syari‘aht itu merupakan peraturan,  thariqaht  itu  merupakan pelaksanaan,  sedangkan  haqiqaht  itu  merupakan keadaan,  dan  ma’rifaht  itu  tujuan yang terakhir. Tentang pelaksanaan untuk  mencapai tujuan, dari bermacam cara  pelaksanaan itu diantaranya ada yang melalui didikan  tiga tingkatan  yaitu yang sudah sangat dikenal  dengan sebutan.
1. Takhalli, atau “Takhallinafsi minal-akhlaaqil madzmumah {“Melepaskan diri dari perangai yang tercela”}.
2. Tahhalli,  atau  “Nafsi  bilakhaa-qil mahmuda”.{“Mengisi jiwa dengan akhlaq yang terpuji”}.
3.  Tadjalli, atau “Kenyataan- kenyataan Tuhan”.
Imam Al-Ghazali  mempunya jalan yang sama dengan jalan tersebut, dengan menggunakan  istilah muhlikaht dan mundziaht sebagaimana dalam kitabnya Ikhya Ulumiddin judz III dan IV yaitu : “Perbuatan-perbuatan yang membinasakan yang harus disingkirkan dan perbuatan-perbuatan  yang  menyelamatkan  yang membawa manusia kepada kebahagian yang harus dijalankan”. 
Lalu beliau  memberikan  suatu latihan  bertingkat y ang  disebut muraqabah dan muhasabah yang terdiri dari musyaratah, muraqabah, muhasabah, muaqabah mudjahadah, dan  mua’tabah,  yang akhirnya tercapailah mukasyafah tersingkapnya hidjab antara Khaliq dan makhluq.
Diantara  mereka  ada juga yang menjalankan latihan jiwa, ya’ni memperbaikinya dari  jiwa yang  palaing rendah yang dinamakan nafsul amarah menuju ketingkat yang paling tinggi yang disebut nafsul kamilah, jiwa sempurna dengan melalui nafsullauwwamah,  nafsul mutmaainah, nafsul mulhamah, nafsul radiah, dan nafsul mardiah. Hal  tersebut  bisa dicapai dengan melalui muqamaht dan ihwal yang terdapat dalam thariqaht-thariqaht, latihan atau riyadah.
Dari sekian banyaknya cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan, satupun  tidak  ada yang  menyampingkan syariaht  untuk dilaksanakan. Jadi syariaht adalah satu unsur mutlaq yang harus dijalankan hanya saja para mutashawwifin berbeda-beda dalam menitik beratkan unsur-unsur yang harus dilakukan, adakalanya lebih mengutamakan uzlah dan dzikir,  dan adakalanya mengutamakan tahdzibul qulbi,  membershkan hati dari penyakit-penyakit yang berbahaya disertai dengan menghiasi jiwa dengan shifat-shifat yang terpuji.
Haqiqaht.
Haqiqaht  adalah  sampai kepada tujuann  yaitu  Ma’rifahtullah  dan  Musyahadahti  nurit  tadjalli { melihat  nur  yang nyata }.  Imam  Al Ghadzali  menerangkan bahwa Tadjalli itu  ialah terbukanya Nur {cahaya} yang rghaib bagi hati  seseorang.  Dan sangat mungkin bahwa yang dimaksud dengan Tadjalli disini ialah yang Mutadjalli yaitu Allah Ta’ala, sebab beliau dalam membedakan Syari’aht dengan Haqiqaht, beliau berkata :
“Faasy-syariy’ahtu  anta’-budahu  wal-haqiyqahtu  an tasyhadahu”
“Syari’aht adalah menyembah kepada Allah, sedangkan Haqiqaht adalah melihat kepadaNya”.
Pendapat  Imam  Al Ghadzali  tersebut adalah sama dengan pendapat Imam Al Qusyairi yang diriwayatkan oleh Sayyid Abi Bakar Al Makky  dimana Imam Al Qusyairi berkata :
“Innasy-syariy’ahta  amrun  biltidjamil-‘ubuwdiy-yati  wal-haqiqahta  musyaahadatur-rubuw biyyahti”.
“Syari’aht  adalah  urusan  tentang kewajiban-kewajiban  peribadahtan sedangkan Haqiqaht adalah melihat ke Tuhannan”.
Lain daripada itu sebagian ahli tashawwuf mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan Haqiqaht itu ialah segala macam penjelasan mengenai kebenaran sesuatu seperti syuhud Asma dan shifat demikian juga syuhud Dzaat dan memahami rahasia-rahasia Al Qur’an dan rahasia-rahasia yang terkandung dalamnya. Didalam hal ini Haqiqaht dapat diartikan juga dalam tiga {3} bagian :
{1}.     Pertama : Haqiqaht Tashawwuf. Yaitu  ini  diutamakan untuk membicarakan usaha-usaha  memutuskan  syahwat  dan  meninggalkan  keduniwian dengan segala kemewahannya,  keni’matannya dan keindahannya  serta menarik  diri dari kebiasaan- kebiasaan  duniawi.  Karena pada dasarnya  Haqiqaht Tashawwuf ini biasanya mengandung beberapa dasar pokok yaitu :  {ridha, sakha, sabar, isyarah, ghurbah, labsus suf, sikhah dan faqar}.
{2}   Kedua : Haqiqaht Ma’rifaht. Yaitu mengenal  nama-nama  Allah Ta’ala dan shifat-shifat-Nya  dengan bersungguh-sungguh dalam  segala  pekerjaan dan ahwalnya.
{3}   Ketiga : Haqiqahtul Haqq.  Atau  yang  disebut  juga  dengan nama  Hadratul jama’ atau  Hadratul  Wujud.  Haqiqaht  ini merupakan  puncak  segala  Haqiqaht,  Ia  termasuk Martabat  Ahadiyah,  penghimpun  semua  Haqiqaht.

Shalaht Berjama'ah dan Shalaht sunnat.

                                                                                       
                                                                         

Shalaht – Shalaht  Sunnat.
Adapun shalaht {sembahyang} yang disunnatkan, sebelum dan sesudahnya  shalaht  fardhu  yaitau :
1)               Dua {2} raka’at sebelum {Dzuhur} dan Dua {2} raka’at sesudahnya.
2)               Dua {2}  raka’at  sebelum  { Ashar}.
3)               Dua {2raka’at  sesudah  { Magrib }.
4)               Dua {2} raka’at  sebelum  {Isya} dan Dua {2} raka’at  sesudahnya.
5)               Dua {2} raka’at  sebelum  {Shubuh }.
Hal Shalaht {sembahyang} berjama’ah.
Adapun hukumnya shalat berjama’ah itu  {sunnat muakkad} pada shalaht fardhu yang lima kali {waktu}  dan yang bukan shalaht  Jum’at.
Syarat shalaht berjama’ah.
Adapun syarat-syarat shalaht berjama’ah itu ada tujuh {7} perkara :
1)                      Berniat  mengikuti  Imam  {jadi ma’mum}.
2)    Mengetahui segala yang dikerjakan Imam, seperti Imam berpindahdari rukun kerukun yang  lain.
3)        Tidak ada dinding yang menghalangi antara Imam dengan ma’mum {bagi laki-laki}, kecuali bagi perempuan dimesjid  haruslah  {wajiblahdidindingi  dengan  kain.
4)                   Jangan  mendahului  Imam  dalam  bertakbir, dan  jangan  pula  mendahului atau terlambat dua rukun fi’il, terkecuali ada  adzur.
5)                      Jangan  terdepan  tempat  dari  Imam.
6)                    Jangan jauh  dengan  Imam  yang  lebih  { 300 hasta terkecuali di  mesjid.
7)                  Niat  shalaht  sama  {cocokperbuatan  sembahyang  keduanya {Imam dan ma’mum} umpamanya :  Imam  shalaht  Ashar,  ma’mumnya  shalaht  Ashar  juga.  Jangan  shalaht  fardhu  mengikut  shalaht  sunnat.
Boleh  dijadikan  Imam.
Adapun  yang  boleh  di-ikut  { Jadi  Imam } dalam  shalaht :
1)                      Laki-laki                       :   mengikuti   kepada          { Laki-laki }.
2)                      Perempuan                  :   mengikuti   kepada          { Laki-laki }.
3)                      Khuntsa  { Banci }       :   mengikuti   kepada          { Laki-laki }.
4)                      Perempuan                  :   mengikuti   kepada          { Khuntsa }.
5)                      Perempuan                  :   mengikuti   kepada     { Perempuan }.
Tidak boleh dijadikan Imam.
Adapun  yang  tidak  boleh  di-ikut  { Jadi  Imam }. Yaitu :
1)          Yang  mengetahui  membaca  mengikuti  kepada  yang  tidak mengetahui  membaca,  ya’ni  fasih  bacaannya   { banyak  bersalahan  bacaannya }.
2)                      Laki-laki       :  mengikuti   kepada   Khuntsa  { Banci }.
3)                      Laki-laki       :  mengikuti   kepada   Perempuan.
4)                      Khuntsa       :  mengikuti   kepada   Khuntsa.
5)                      Khuntsa       :  mengikuti   kepada   Perempuan.
Shalaht  { sembahyang dalam  Perjalanan.
Adapun orang yang sedang pergi jauh {misafir} dibolehkan memendekkan dan mengumpulkan {menyatukan}  shalaht  yang  empat  {4}  raka’at dijadikan dua {2} raka’at, yang demikian disebut  shalaht {Qashar}, ada dua {2} bagian :
Jama’ Taqqdim. :   Mengumpulkan shalaht { sembahyang } didahulukan dari waktunya .
Shalaht { Dzuhur dan Ashar } dikerjakan  pada  waktu { Dzuhur }.
Shalaht { Maghrib dan ‘Isya } dikerjakan  pada waktu { Maghrib }.
Jama’ Ta’khir { Kemudian }. :  Sebaliknya yaitu :
Shalaht { Dzuhur dan Ashar } dikerjakan pada waktu { Ashar }.
Shalaht { Maghrib dan Isya } dikerjakan pada waktu { ‘Isya }.
Syarat  Shalaht  Qashar.
Adapun  syarat-syarat  shalaht  Qashar i tu  lima  {5perkara :
1)     Jauh perjalanannya menumpang kapal dan lainnya  atau  perjalanan sehari semalam {2 hari} dengan kaki,  kira-kira {1371/2  km }.
2)                    Perjalanannya  {perginyaitu  bukan  untuk  pekerjaan  ma’siat.
3)            Shalaht  { sembahyang yang  di Qashar  { dipendekkan itu  ialah  yang  empat {4} raka’at  saja, yaitu  { Dzuhur,  ‘Ashar, Isyayang  lain  tidak.
4)           Berniat Qashar itu ketika “Takbiratul Ihram”{Allahu Akbar} yang pertama.
5)                Tiada mengikut Imam, atau  orang  yang shalaht {sembahyang}   dengan  sempurna  shalaht  wajibnya.
Keterangan :
Shalaht Shubuh dan Maghrib tidak boleh di Qashar {dipendekkan} shalaht  shubuh  haruslah dikerjakan diwaktu  shubuh.
 Syarat Jama’ Taqdim.
Adapun  Jama’ Taqdim  itu ada  tiga {3}  perkara :
1)                    Memulakan  shalaht  { sembahyang }  yang  pertama,  mitsalnya: Shalaht  Dzuhur  kemudian  di-iringi  oleh  shalaht  ‘Ashar,  dan  Maghrib  di-iringi  oleh  Isya,  ya;ni  berturut-turut  sebagaimana  menurut  susunan  shalaht  yang  ditentukan.
2)            Berniat men-Jama’{menghimpunkan} waktu shalaht yang pertama.
3)                 Berturut-turut antara dua Shalaht {sembahyang}, yaitu  sesudah selesa mengerjakan  shalaht  yang  pertama  berdiri  lagi  kerjakan  shalaht  yang  kedua. 
Syarat  Jama’ Ta’khir.
Adapun syarat Jama’ Ta’khir itu hanya  satu {1} perkara : Yaitu : Berniat  Jama’ Ta’khir  pada  waktu  yang  pertama,  lain tidak.
Lafadh-lafadh shalaht Qashar dengan Jama’
1)                     Adapun lafadhnya Niat  Shalaht {Dzuhur } QasharJama’ Taqdim :
 “Ushalli  fardhadz  Dzuhri  rak’ataini Qashran  maj-mu’an  ilayhil  ‘Ashru  ada’an  lilahi  Ta’ala” .. Allahu  Akbar.
“Saya  Shalaht  fardhu  Dzuhur  dua  raka’at  Qashar  dihimpunkan  padanya  oleh  Ashar  tunai  karena  Allah  Ta’ala”.  Allah  Maha  Besar.
2)                     Adapun lafadhnya Niat  Shalaht  {‘Ashar} Qashar Jama’ Taqdim :
“Ushalli  fardhal  ‘Ashri  rak’ataini  Qashran  maj-mu’an  ilaadz  Dzuhri  ada’an  lillahi  Ta’ala”.. Allahu  Akbar.
“Saya  Shalaht  fardhu  ‘Ashar  dua  raka’at  Qashar  dihimpunkan  kepada  Dzuhur  tunai  karena  Allah  Ta’ala”.  Allah  Maha  Besar.
3)                      Adapun lafadhnya Niat  Shalaht {Dzuhur} Qashar Jama’ Ta’khir :
“Ushalli  fardhadz  Dzuhri  rak’ataini  Qashran  maj-mu’an  ilal ‘Ashri  ada’an  lillahi  Ta’ala”.. Allahu  Akbar.
“Saya Shalaht fardhu Dzuhur  dua  raka’at  dihimpunkan kepada  ‘Ashar  tunai  karena  Allah  Ta’ala”.. Allah  Maha Besar.
4)                       Adapun lafadhnya Niat Shalaht  {‘Ashar} Qashar Jama’ Ta’khir :
“Ushalli  fardhal ‘Ashri  rak’ataini  Qashran  maj-mu’an  ilayhidz  Dzuhru  ada’an  lillahi  Ta’ala”.. Allahu  Akbar.
“Saya  Shalaht  fardhu  ‘Ashar  dua  raka’at  Qashar  dihimpunkan  padanya  oleh  Dzuhur  tunai  karena  Allah  Ta’ala,”.. Allah  Maha  Besar.
5)                     Adapun lafadhnya Niat  Shalaht  {Maghrib} serta Jama’ Taqdim :
“Ushalli  fardhal  maghribi  tsalatsa  raka’atin  majmu’an  ilayhil  ‘Isyaa  adaan  lillahi  Ta’ala”...  Allahu Akbar.
“Saya  Shalaht  fardhu  Maghrib  tiga  raka’at  dihimpunkan  padanya  oleh  ‘Isya  tunai  karena  Allah  Ta’ala”...Allah  Maha  besar.
6)                      Adapun lafadhnya Niat  Shalaht  {‘IsyaQashar  Jama’ Taqdim :
“Ushalli  fardhal  ‘Isyai  rak’ataini  Qashran  majmu’an  ilal  Maghribi  adaan  lillahi  Ta’ala”...Allahu  Akbar.
“Saya Shalaht fardhu ‘Isya  dua raka’at Qashar dihimpun kepada Maghrib tunai karena  Allah  Ta’ala ”..Allah  Maha  Besar.
7)                      SAdapun lafadhnya  Niat  Shalaht  {Maghrib} serta Jama’ Ta’khir.
“Ushalli  fardhal  Maghribi  tsalatsa  raka’atin  majmu’an  ilal  ‘Isyai  adaan  lillahi  Ta’ala”..Allahu  Akbar.
“Saya  Shalaht  fardhu  Maghrib  tiga  raka’at  dihimpunkan  kepada  ‘Isya  tunai  karena  Allah  Ta’ala ”.. Allah  Maha  Besar.
8)                      Adapun  lafadhnya  Niat  Shalaht  {‘Isya } Qashar  Jama’ Ta’khir.
“Ushalli  fardhai  ‘Isyai  rak’ataini  Qashran  majmu’an  ilaiyhil  Maghribu  adaan  lillahi  Ta’ala”..Allahu  Akbar.
“Saya  Shalaht  fardhu  ‘Isya  dua  raka’at  Qashar  dihimpunkan  padanya  oleh  Maghrib  tunai  karena  Allah  Ta’ala”...Allahu  Akbar.